RevenueHits

Selamat datang di Blog anak-anak tangga, jika teman-teman butuh dukungan doa bisa hub di 081293642923

Tafsir Surat Roma Pasal 3 by Hendra Sihombing

ROMA 3
3:1-8 Pada bagian ini Paulus sedang membicarakan pandangan orang Yahudi mengenai anggapan mereka, bahwa merekalah orang yang paling benar, sebab karena merekalah yang menerima dan menjalankan hukum taurat. Hal ini terbukti dengan didukungnya penjelasan Paulus dalam Pasal sebelumnya (2:17-29) mengenai hukum taurat dan sunat.  Paulus sendiri menjelaskan bahwa ketidaksetiaan manusia tidak akan mempengaruhi kesetiaan Tuhan kepada Manusia.
3:9-20 Paulus memberikan penjelasan bahwa tidak ada seorang pun yang benar di hadapan Tuhan, tidak ada orang yang berakal budi dan tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Dengan demikian Paulus ingin memberitahukan bahwa semua orang telah menyeleweng dan tidak lagi mencari Allah sebab mereka tidak takut kepada Tuhan. Selanjutnya Paulus menyatakan bahwa segala sesuatu yang tercantum di dalam hukum taurat itu, ditujukan kepada mereka yang hidup dalam hukum taurat pula dan ia memberikan penekanan bahwa tidak seorang pun dapat dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum taurat dan justru oleh hukum taurat orang mengenal dosa.
3:21-31 Paulus menekankan bahwa “kebenaran Allah telah dinyatakan’’ melalui Yesus Kristus. Dan kebenaran itu diberikan kepada orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Paulus juga menekankan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, sehingga perbuatan manusia yang taat akan hukum taurat sekalipun tidak sanggup menjamin manusia hidup dalam kebenaran.



Sehingga Allah sendiri yang mendamaikan manusia dengan Diri-Nya, membenarkan orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Jadi keselamatan bukan dari usaha melainkan oleh anugerah Allah yang Ajaib. Jadi sangat jelas dalam paragraph ini Paulus Sangat menekankan bahwa manusia dibenarkan karena Iman dan bukan karena melakukan hukum taurat.


TAFSIRAN ROMA 3:1-8
Ayat 1: Jika demikian, apakah kelebihan orang yahudi dan apakah gunanya sunat?
Kata jika demikian dapat mengartikan sebuah kesimpulan dari pasal sebelumnya. Dan kata apakah kelebihan orang yahudi memiliki arti bahwa apa yang menjadi kesitimewaan orang yahudi. Kelebihan dalam bahasa yunani perissos yang berarti keistimewaan. Yang dianggap keistimewaan orang yahudi pada masa itu yaitu mengenai hukum taurat (sebab kepada merekalah hukum taurat dipercayakan Tuhan) dan sunat (sunat memang menandai bahwa mereka adalah umat pilihan Allah Kej 17, dimana Allah menetapkan sunat sebagi tanda perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya).
Ayat 2: Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah.
Kata di percayakan menunjuk kepada kata kerja Allah yang mempercayakan firman-Nya kepada orang Yahudi. Kata dipercayakan dalam bahasa yunani Phisteuo (Commit, Put In Trust With, Entrust). Yang berarti Allah menaruh hukum dengan percaya kepada mereka sebagai amanat yang harus dijalankan.
Ayat 3-4: Jadi bagaimana, jika diantara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?
Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: “Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi.”
Dalam bagian ini yang menjadi kata kunci adalah Kesetiaan Allah,  Dalam ayat 3, ada dua pertanyaan, tetapi bagaimana, kalau beberapa orang menjadi tidak setia? Ketidaksetiaan mereka tidak meniadakan kesetiaan Allah. Jadi,  Paulus sekali lagi menegaskan bahwa Allah setia. Kesetiaan itu bahkan berlaku meskipun sejumlah orang tidak setia. Maka bisa dikatakan bahwa Allah tetap setia, meskipun sebagian umat Israel tidak setia pada perjanjian karena tidak percaya kepada Yesus Kristus.
Makna ayat 3 akan lebih jelas lagi kalau kita memperhatikan permainan kata yang terdapat dalam ayat 2 dan 3 dimana Paulus mengajukan pertanyaan bagaimana, kalau beberapa orang menjadi tidak setia? Ketidaksetiaan mereka apakah akan menghilangkan kesetiaan Allah? ini adalah sebuah pertanyaan Retorits (yang tidak perlu dijawab). Karena memang pada dasarnya kesetiaan Allah tidak bergantung kepada kesetiaan manusia, sebab mesikupun ada beberapa orang yang tidak setia kepada Allah, Allah sendiri tetap setia.
Ketidak setiaan  menggunakan kata Apisteuein/apistia berarti tidak setia atau dapat diartikan juga menjadi tidak setia. Menjadi tidak setia kepada apa, hal ini menjadi sebuah pertanyaan penting. Ketidak setiaan mereka adalah terhadap Firman Allah yang dipercayakan kepada mereka, mereka di sini adalah orang-orang Yahudi. Jadi orang Yahudi tidak setia atau menjadi tidak percaya kepada Firman Allah yang telah dipercayakan kepada mereka, namun yang menjadi menarik adalah Allah yang adalah pemberi Firman itu tetap setia kepada mereka yang tidak melakukan Firman-Nya. Selanjutnya ayat ini dilanjutkan dengan sebuah kalimat yang mengatakan “sebaliknya” kata sebaliknya ingin menunjukan lawan kata ketidak setiaan. melainkan Allah adalah Allah yang benar. Kata Allah yang benar menggunakan kata  ginestho.  Semakin jelaslah bahwa Allah akan tetap setia kepada semua umatnya sekalipun ada beberapa umat-Nya yang tidak percaya kepada-Nya bahkan seluruh umat-Nya.
Ayat 5-8
5:Tetapi jiaka ketidakbenaran kita menunjukan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakana? Tidak adilkah Allah-aku berkata sebagai manusia-jika Ia menampakan murka-Nya?.
6:Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia?.
7:Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?.
8:Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata:” Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya.” Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.
Kata tidak adilkah Allah jika Ia menampakan murka-Nya menunjuk kepada kalimat diatasnya mengenai kebenaran Allah dan ketidak benaran manusia. Dimana orang-orang yahudi sering menganggap remeh mengenai ketidak benaran hidup mereka. Sebab bagi mereka kebenaran Allah adalah kesetiaan Allah kepada mereka, Meskipun seberapa besar dosa yang mereka lakukan, Allah adalah yang setia terhadap umat-Nya dan tidak menghukum mereka. Namun di ayat 6 dikatakan sekali-kali tidak hal ini menunjukan bantahan keras oleh rasul Paulus yang mengatakan bahwa itu suatu yang mustahil. Sebab andaikata Allah tidak menghukum orang yang tidak benar maka Ia dikatakan tidak adil.
            Dalam ayat 7 ingin menjelaskan bahwa pada dasarnya Allah adalah hakim, akan tetapi orang-orang yahudi memahami bahwa Allah itu adalah hakim bagi orang-orang diluar yahudi saja yang sering mereka sebut kafir. Akan tetapi keistimewaan mereka bukan menjadi sebuah jaminan bahwa mereka terlepas dari dosa sehingga pada akhirnya keitimewaan yang ada pada diri mereka hanya berdasarkan kepada kelimpahan kasih karunia Allah.
Ayat 8
Pernyataan paulus dalam ayat ini menggambarkan bahwa adanya orang yang menyelewengkan pengajaran paulus yang menyatakan bahwa kebaikan akan muncul dari pada yang jahat. Nampaknya penyelewangan itu dikarenakan orang-orang yahudi tidak menerima bahwa mereka diklaim juga akan menerima hukuman padahal mereka umat pilihan. Namun pernyataan ini disanggah oleh paulus bahwa orang semacam ini sudah layak mendapat hukuman.

TAFSIRAN ROMA 3:9-20
Dalam bagian ini, Paulus ingin menjelaskan bahwa tidak ada kelebihan orang Yahudi dengan orang-orang non Yahudi. “adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain?. Kata “kita” menunjukan  Paulus yang mewakili orang-orang Yahudi dan kata “orang lain” adalah mereka yang bukan Yahudi. Jadi Paulus ingin menekankan bahwa kehidupan orang yang hidup di bawah hukum taurat tidak menetukan kehidupannya menjadi lebih baik.
Jadi Bagaimana? Adakah kita memiliki kelebihan dari orang lain? Sama sekali tidak. Pertanyaan ini sepertinya mengarah kesebuah pertanyaan Retoris, dan diikuti dengan penekanan bahwa pada dasarnya orang Yahudi tidak lebih baik dari pada orang-orang yang di luar Yahudi. Sebab seperti yang sudah kita ketahui bahwa orang Yahudi kerap kali mengangap dirinya adalah orang yang paling benar. Namun kali ini Paulus yang adalah seorang Yahudi, memberikan kesan yang berbeda bahwa orang Yahudi tidaklah lebih baik, karena memang semua orang telah jatuh kedalam dosa sehingga memilliki tabiat untuk terus berbuat dosa. Maka jika kita perhatikan di ayat 10-18, Paulus mengutip beberapa kalimat dari kitab yang dipercayai oleh orang Yahudi ( ayat 10-12 bnd Mzm 14:1-3; 13 bnd Mzm 5:10 dan Mzm 140:4;  14 bnd Mzm 10:7; 15-17 bnd Mzm Yes 59:7-8; dan 18 bnd Mzm 36:2). Setiap perkataan Paulus dari ayat 10-18, sebenarnya sedang menunjukan keadaan orang-orang Yahudi yang mengaku bahwa mereka adalah orang-orang yang lebih baik, dengan kutipan-kutipan ini maka jelaslah bahwa adanya sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa mereka tidak lebih baik.
Ayat 11 kata tidak ada seorangpunn yang berakal budi dapat memiliki arti “yang mengerti” dari kata sunein . jadi tidak ada seorangpun yang mengerti. Ayat 12 kata menyeleweng berasal dari kata Ekklinein yang berarti menyimpang dari jalan, yang berarti menjauhkan diri dari Allah dan kata mereka semua tidak berguna memiliki arti telah menjadi rusak. Ayat 13 kata lidah mereka merayu-rayu memiliki arti menipu dan memperdaya (dolioun). Ayat 14 kata mulut mereka penuh dengan sampah serapah yang berasal dari kata Ara dan Pikria yang memiliki arti kutuk fan kepahitan. Jadi mulut mereka memiliki Kepahitan-kepahitan yang mengutuk.  Semua hal inilah yang di dapati oleh Paulus pada mereka orang-orang Yahudi.
Ayat 19 Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Ayat ini ingin memberikan penjelasan bahwa orang Yahudi yang hidup di bawah Hukum Taurat (nomos) akan terdiam tidak bisa berkata-kata lagi, karena perbuatannya yang menyimpang dari jalan Tuhan. Seperti yang sudah dijelaskan di ayat 12 “semua orang telah  menyeleweng” kata menyeleweng menggunakan kata exeklinan yang dapat diartikan mereka keluar dari jalannya Tuhan (go out of the way). Dengan demikian mereka akan terdiam, “supaya tersumbat setiap mulut” (might be stopped) jadi  tidak ada kesempatan untuk membela diri, dan semua akan jatuh kedalam Murka Allah. Siapa yang jatuh kedalam Murka Allah? Yaitu mereka yang meninggalkan Tuhan baik orang Yahudi maupun orang Yunani.
Hukum taurat dalam kata kitab Taurat dalam 3: 19  menggunakan kata yang sama dengan hukum taurat yaitu nomos, dan ayat ini diawali dengan kata “tetapi kita tahu, dengan demikian pernyataan yang hendak disampaikan memang merupakan keadaan nyata yang pasti diterima oleh orang yang mendengarnya. Sebab pada hakekatnya setiap orang Yahudi percaya bahwa Firman Allah dalam Kitab Tarat diarahkan kepada mereka yang telah menerima Kitab itu yaitu bangsa Yahudi. Jadi jelaslah bahwa kalimat yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat (ay 19) yaitu adalah orang-orang Yahudi. Kata hidup dibawah hukum taurat dapat diartikan sebagai orang-orang Yahudi yang hidupnya dipengaruhi oleh hukum taurat, yang baginya hukum taurat berlaku, dan mereka yang memiliki hukum taurat.
            Ayat di atas tidak berhenti sampai kata di bawah Hukum Taurat melainkan dilanjutkan dengan kalimat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah Hukum Allah. kalimat ini ingin memberikan pengertian bahwa tak seorangpun dapat berdalih dari hukum Allah baik ia seorang Yahudi yang hidup di bawah hukum Taurat dan terlebih mereka yang hidup dalam penyembahan Berhala.

TAFSIRAN ROMA 3:21-26
Ayat 21-26
Ayat 21 Tetapi sekarang, tanpa  hukum taurat kebenaran Allah telah dinyatakan seperti yang telah dinyatakan, seperti yang telah disaksikan dalam kitab taurat dan kitab-kitab para nabi.
Ayat 22 yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan
Ayat 23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah
Ayat 24 dan oleh Kasih Karunia telah dibenarkan dengan Cuma-Cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Ayat 25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
Ayat 26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukan keadilann-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.

Istilah kata “sekarang” dalam ayat 21 ditekankan dalam bahasa aslinya, karena paulus beralih dari aiwn/aion lama untuk menceritakan apa yang baru. Pemakaian istilah “dinyatakan” disini mengingatkan para pembaca akan pemakaian istilah yang mirip dalam pasal 1:17 dimana dikatakan bahwa “kebenaran Allah telah dinyatakan” dan ada kalimat tanpa hukum taurat ini merupakan tambahan hasil diskusi Paulus dalam 1:18-3:20. Kata kebenaran memiliki dua pengertian yaitu kebenaran dari Allah dan kebenaran di hadapan Allah. Sehingga Kebenaran Allah telah dinyatakan dapat memiliki arti bahwa Keadilan (righteousness) Allah telah dinyatakan bagi manusia, dimana pada dasarnya tidak ada perbedaan. Mengapa dikatakan tidak perbedaan? Karena semua orang telah berbuat dosa (Roma 3:23). Seandainya jika Tuhan membeda-bedakan semua orang yang telah berdosa dan Justru memihak kepada orang Yahudi yang adalah orang berdosa pula, maka apakah Tuhan adil. Tuhan tidaklah demikian.
Di hadapan Allah dan hukum-hukumNya, semua orang sama, yaitu telah kehilangan kemuliaan Allah (ayat 23). Itu sebabnya tak seorangpun manusia mampu memenuhi standar kemuliaan  Allah seperti yang telah dinyatakan-Nya dalam hukum taurat. Jadi berusaha mentaati Taurat tidak dapat menolong manusia untuk beroleh kebenaran/membenarkan dirinya. Kata kebenaran dalam teks ini memiliki arti kebenaran karena iman. Dan kebenaran Allah memiliki arti kebenaran yang diberikan Allah, karena hanya Allah sendiri yang membenarkan manusia. Ini tidaak berarti hukum taurat ditiadakan tetapi hukum taurat digenapi.
Dalam ayat berikutnya paulus menekankan bahwa hanya oleh kasih karunia Allah manusia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Penebusan memiliki arti disucikan, ditebus. Hal ini dilakukan supaya kita menjadi anak, dan bukan lagi orang-orang asing yang takut akan murka Allah. Dalam teks ini juga menunjukan kasih, kesetiaan dan keadilan Allah yang memberikan pembenaran melalui darah kristus Yesus.
Paulus memakai suatu kiasan yang berhubungan dengan pengorbanannya. Ia berkata, bahwa Yesus yang Allah berikan adalah seorang yang dapat memenangkan pengampunan bagi dosa-dosa kita. Untuk menggambarkan peranan Yesus dalam bahasa yunani hilasterion yang berarti memperdamaikan inilah kata kerja yang dilakukan dalam pengorbanan.
Paulus juga memakai kiasan dari perbudakan, ia berbicara tetntang penebusan melalui Yesus Kristus. Kata yang dipakai apolutrosis yang artinya membebaskan, memerdekakan, menyelamatkan. Itu berarti manusia ada dalam kuasa dosa dan hanya Yesus saja yang dapat membebaskannya. Paulus menegaskan hal ini untuk menunjukan bahwa Allah adil dan karena keadilan-Nya Allah menerima semua orang yang percaya kepada Yesus.

ROMA 3:27-31
Ayat 27
Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak melainkan berdasarkan iman!
Ayat 28
Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum taurat.
Ayat 29
Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain!
Ayat 30
Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan bsik orsng-orsng bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.


Ayat 31
Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.


bermegah dalam bahasa yunani kauknesis yang dipakai menunjukan sikap hati manusia yang menganggap perbuatannya sebagai jasa dan atas dasar itu menyangka dengan tenaga sendiri dapat mencapai tujuan adikodrati. Sikap hati ini ditolak oleh paulus. Karena kebenaran Allah diberikan oleh Allah bukan karena perbuatan manusia/karena melakukan hukum taurat. Sebaliknya dasar untuk tidak bermegah adalah iman yaitu kehidupan yang berpusat pada Allah. jika jalan kepada Allah Cuma melalui iman dan sikap menerima, maka semua kesombongan atas usaha manusia tidak ada lagi. Karena ada istilah Yahudi yang seolah-olah Allah berhutang karena hitung-hitungan laba rugi dengan Allah. padahal bagi Paulus sebaliknya manusia berdosa dan berhutang kepadan Allah dan tak seorangpun yang dapat memperbaiki hubungannya dengan Allah melalui usahanya sendiri. Karena jelas di ayat 28 paulus menekankan “karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum taurat. ayat 29 menegaskan bahwa semua manusia memiliki kesempatan yang sama dalam pembenaran Allah baik Yahudi maupun non Yahudi. Tidak ada satu Allah untuk orang non Yahudi dan Allah yang lain untuk orang Yahudi sesuai dengan pengakuan iman mereka (Ulangan 6:4). Tentu jalan kepada Dia adalah sama, untuk orang Yahudi maupun non Yahudi. Jalan itu tidak melalui usaha manusia; melainkan melalui iman yang percaya dan menerima.
Sampai disini orang Yahudi bisa berkata berarti berakhir sudah seluruh hukum Taurat? Kita akan menyangka Paulus berkata “ya”. Pada kenyataanya Paulus menjawab tidak, justru hukum Taurat itu telah digenapi oleh karena kasih karunia Allah. jadi penerapan hukum Taurat bukan karena takut akan hukuman Allah, melainkan karena ia merasa, bahwa ia seharusnya menjadi orang yang layak mendapatkan kasih yang ajaib itu dan melakukannya karena mengasihi Allah.

Aplikasi dalam Hidup
Sebagai orang percaya hendaklah kita hidup dalam iman didalam kristus Yesus yang telah menebus kita dari dosa, yaitu membawa kita keluar dari kegelapan menuju terangnya yang ajaib. Jika kita hidup dalam iman maka kita akan hidup dalam pembenaran Allah itu bukan usaha kita dalam melakukan kebaikan melainkan kemurahan Tuhan dalam menyelamatkan hidup kita. Perbuatan baik bukan dilakukan untuk memperoleh kebenaran tetapi kita berbuat baik karena kita telah beroleh pembenaran Allah, itu semua Allah lakukan sebagai bukti kesetiaan Allah akan janjinya dan Sifat keadilanNya dalam hidup semua manusia yang percaya kepada kebangkitanNya.
















Share this

Artikel Terkait Baca Di Sini

Latest
Previous
Next Post »

Reveneuhits 2