PERKEMBANGAN TEOLOGI ARMENIAN
A. Latar Belakang Jacobus Armenius
Jacobus Arminius lahir pada tahun 1560 di Oudewater (Belanda). Ayahnya meninggal pada waktu ia masih bayi. Dibawah pengasuhnya, Arminius belajar di Ultrecht dan Marburg. Pada tahun 1575 keluarganya dibunuh oleh orang-orang Spanyol, namun hal itu tidak menjadi hambatan baginya untuk studinya pada tingkat yang lebih tinggi. Ia disokong oleh beberapa saudagar kaya di Amsterdam sehingga ia dapat melanjutkan studinya pada Universitas Leiden di Amsterdam. Arminius adalah mahasiswa yang luar biasa cakapnya sehingga ia dikirim ke Jenewa untuk belajar kepada Teodorus Beza pada tahun1582. Ia belajar di Jenewa selama 6 tahun lamanya sehingga barulah pada tahun 1588 ia dapat kembali ke Belanda.[2]
Arminius ditahbiskan menjadi pendeta dalam Gereja Hervormd dan bekerja dalam jemaat Amsterdam. Ia segera menjadi seorang pengkhotbah yang popular disana. Sementara ia di Amsterdam, ia diminta untuk menyusun suatu tulisan untuk melawan ajaran-ajaran Coornhert, sekertaris kota Haarlem. Coonhert menyangkal ajaran predestinasi dan kehendak bebas yang terikat. Ajaran ini merupakan ajaran yang terpenting dalam Gereja Hervormd yang bercorak Calvinis pada masa itu. Hal ini berarti Coornhert menyerang jantung ajaran gereja Belanda itu. Arminius mengadakan penyelidikan yang mendalam mengenai pokok ini, namun makin lama makin ia menyetujui ajaran Coornhert tersebut. Arminius mulai mengkhotbahkan bahwa Allah memberikan anugrah-Nya kepada semua manusia dan manusia mempunyai kehendak bebas untuk menjawab iman. Pada tahun 1589 Arminius harus membela predestinasi Calvin terhadap serangan Dirk Coornhert. Akan tetapi ketika Arminius menimbang alasan-alasan lawan, ia berpihak pada Dirk Coornhert dan dengan bijaksana berdiam diri. Pada awal 1590-an ketika memberi tentang surat Roma, Arminius mempertanyakan tafsiran Calvin atas pasal 7 dan 9. Hal ini mengakibatkan konflik dan pertanyaan-pertanyaan mengenai ortodoksnya sampai ia meninggal.[3]
Arminius membantah tentang doktirin-doktrin Calvinisme tentang predestinasi[4] dan reprobasi dan berusaha untuk memodifikasi Calvinisme sehingga “ Allah tidak dianggap sebagai perancang dosa, juga manusia sebagai robot ditangan Allah”. Dalam perkembangan konsep ini, Ia menulis sebuah artikel tentang Roma 9 yang mendukung pemilihan bersyarat. Doktrin yang berkaitan dengan doktrin yang dianutnya adalah kemampuan manusia untuk berinisiatif akan keselamtannya dan bekerjasama dengan Allah dalam keselamatan. Hal ini kontras dengan Luther dan Calvin yang mengajarkan bahwa kebebasan kehendak telah hilang karena kejatuhan, Arminius percaya bahwa Allah memberikan setiap orang anugrah yang utama yang memampukan setiap orang untuk merespon panggilan dari injil. Arminius juga membantah supralapsarianisme yaitu pandangan Calvin yang menyatakan bahwa Allah menyatakan keselamatan dan reprobasi bagi orang-orang tertentu sebelum kejatuhan. Ia percaya bahwa supralapsarianisme membuat Allah menjadi Allah menjadi perancang dosa.
Arminius juga mengajarkan pandangan penebusan tidak terbatas dari Kristus, diman Kristus menderita bagi setiap orang. Sebagia tambahan ia menekankan bahwa anugarah Allah dapat ditolak. Berdasar pada 1Petrus 1:10, Arminius juga bahwa orang percaya dapat terhilang selamanya.
B. Pokok-Pokok Ajaran Arminius
Yang menjadi pokok-pokok pengajarn Armenius untuk mencetus sebuah reformasi gereja yang berkembang hingga sekarang ini adalah antara lain:
1. Kebebasan Kehendak
Pokok pertama Arminianisme adalah bahwa manusia memiliki “kebebasan bertindak”. Arminius percaya bahwa kejatuhan manusia adalah tidak berarti berakibat rusak total, dan berpegang pada hal itu, masih terdapat cukup kebaikan yang tersisa didalam manusia untuk berkehendak menerima Kristus dan mendapat keselamatan. Kemudian kerusakan manusia sebagai akibat kejatuhan, tidak total tetapi sebagian. Manusia belum kehilangan Indera untuk menetukan pribadi dan juga kemampuan untuk bebas berkehendak dimata Allah. Manusia adalah pelopor pertobatan dan iman pada keselamatan sebab kehendak manusia dipandang oleh Arminius sebagai salah satudari pembahharuan, jika manusia berkendak secara bebas untuk bekerja sama dengan RRoh Kudus (Yoh 3:16; Kis 2:38; 16:31;Rom 10:9; I Yoh 3:23).
2. Pemilihan Bersyarat
Arminius lebih lanjut mengajarkan bahwa pemilihan didasarkan pada pengetahuan Allah mengenai siapa yang akan percaya (foreknowledge). Dengan kata lain tindakan percaya manusia adalah syarat atau kondisi untuk pemilihan dirinya kedalam kehidupan kekal, karena Allah melihat lebih dulu bahwa orang tersebut menggunakan “kebebasan kehendaknya” dalam perwujudan yang positif terhadap Kristus (I Petr 1:2; Rom 11:2; Ams 3:5; Mark 1:15; 11:22; 8:13; Yoh 5:24).
3. Penebusan Universal
Semakin jauh keyakinan mereka bahwa Allah mengasihi setiap orang, bahwa Kristus mati untuk setiap orang, dan bahwa Bapa tidak menghendaki setiap orang binasa. Arminius dan pengikut-pengikutnya menganggap bahwa pembebasan dosa (redemtion) digunakan secara tidak resmi sebagai sinonim untuk penebusan (atonemen) adalah bersifat umum. Dengan kata lain, kematian Kristus menjadi dasar atau alasan bagi Allah untuk menyelamatkan semua manusia. Meskipun demikian masing-masing orang harus memanfaatkan kebebasan kehendaknya untuk menerima Kristus (Yoh 3:16; II Petr 3:9; Yoh 6:37; 1:29; Kis 10:43; yoh 1:12).
4. Anugrah dapat ditolak
Lebih jauh lagi pengikut Arminius percaya bahwa karena Allah menginginkan semua manusia diselamatkan, ia mengutus Roh Kudus untuk mencari semua manusia supaya datang kepada Kristus. Meskipun demikian, karena manusia mempunyai kehendak bebas yang absolut, ia mampu menentang kehendak Allah bagi hidupnya. Pengikut Arminius memerintahkan umat manusia agar manusia lebih dahulu melaksanakan kehendaknya sendiri, setelah itu baru dilahirkan kembali. Meskipun pengikut Arminius mengatakan ia percaya bahwa Allah itu Mahakuasa, ia menegaskan bahwa kehendak Allah untuk menyelamatkan semua manusia dapat digagalkan oleh kehendak manusia yang terbatas yang ada pada tiap-tiap individu (Yoh 1:12; 3:36; 3:18-21; 5:40; 8:45)
5. Hidup diluar kasih karunia
Pokok kelima dari Arminianisme merupakan hasil akhir yang logis dari bagian sistem yang terdahulu. Jika manusia tidak dapat diselamatkan oleh Allah kecuali itu merupakan kehendak manusia untuk selamat, maka manusia tidak dapat terus menerus tinggal dari/ada dalam keselamatan jika ia tidak terus-menerus berkeinginan untuk selamat (Gal 5:4; Ibr 6:4-6; 10:26-27).
C. Kekuatan Teologi Arminius
Menurut penulis pandangan atau teologi Aminian ini memiliki kelebihan yaitu Arminius sebagai pencetus doktrin ini dapat mempertanggungjawabkan pandangannya dengan adanya dasar-dasar ayat-ayat Alkitab, selain itu ia dapat mempertahankan keyakinannya dan mempengaruhi banyak gereja-gereja yang masih terus berkembang sampai sekarang ini.
D. Kelemahan Teologi Arminius
Adapun kekurangan-kekurangan dalam pengajaran (doktrin) Arminius adalah:
1. Arminius mengatakan bahwa kehendak manusia adalah “bebas” untuk memilih baik firman Allah maupun perkataan Iblis. Jika demikian, keselamatan tergantung pada perbuatan-perbuatan manusia.
2. Arminius menganggap bahwa ’pemilihan’ adalah bersyarat, sementara para reformis menyatakannya tidak bersyarat.
3. Arminius menegaskan bahwa penebusan (yang dalam hal ini adalah ‘pemebebasan’) adalah umum (universal).
4. Arminius menyatakan bahwa meskipun Roh Kudus berupaya untuk mencari supaya orang-orang datang kepada Kristus (sebab Allah mengasihi semua umat manusia dan berkehendak menyelamatkan semua orang), namun karena kehendak Allah dibatasi oleh kehendak manusia, Roh dapat ditentang/ditolak oleh manusia jika ia memilih demikian.
5. Arminius menyimpulkan bahwa karena manusia diselamatkan oleh tindak kebebasan kehendaknya sendiri dalam menerima Kristus, ia dapat terhilang (setelah ia diselamatkan), dengan mengubah pikirannya tentang Kristus
DAFTAR PUSTAKA.
Enns Paul, The Moody Handbook Of Theolgy 2, Literatur SAAT, Malang 2007
Drs. F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993
Lane Tony, Runtut Pijar, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003
Gerald O’Collius,SJ & Edward G. Farugia, SJ. Kamus Teologi, Kanisiuus, Yogyakarta 2000
Spencer Edward Duane. Tulip.Baker Book House, USA 2000