RevenueHits

Selamat datang di Blog anak-anak tangga, jika teman-teman butuh dukungan doa bisa hub di 081293642923

Anaktangga: Mari Belajar dari Filsuf! Socrates, Plato, dan Aristoteles


FILSUF YUNANI (SOCRATES, PLATO, ARISTOTELES)

   A.   Latar Belakang
Pada dasarnya Zaman Yunani dapat dibagi menjadi dua yaitu zaman Yunani Kuno dan Yunani Klasik. Pada zaman Yunani Kuno kita mengenal kaum Sofis (Sofisme) sebelum adanya Filsafat. Kaum Sofis adalah mereka yagn menjadikan dirinya sebagai pusat filosofisnya.[1] Mereka juga menganggap dirinya sebagai seorang yang berwibawa dan bijaksana, jadi mereka dapat meminta bayaran atas kepintaran dan kebijaksanaan yang mereka miliki. Sedangkan pada zaman Yunani klasik kita mengenal kaum Filsuf, seperti Socrates, Plato dan Aristoteles.  Munculnya kaum filsuf ini sangat dipengaruhi oleh kaum Sofis. Adapun perkembangan zaman Filsuf  adalah sebagai berikut:

B.   Socrates

Socrates adalah seorang Filsuf dari Athena, Yunani yang menjadi salah satu tokoh penting dalam filosofis Barat dan terkenal menjadi seorang filsuf terkemuka[2]. Tidak ada keterangan jelas tentang  kapan Socrates lahir, namun kita dapat memperkirakannya dengan melihat bahwa Socrates meninggal pada umur 70 tahun di 339 SM, jadi Socrates lahir pada sekitar tahun 469 SM. Ia merupakan Filsuf besar pertama sebelum Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru dari Plato dan kemudian Plato menjadi guru dari Aristoteles.
Socrates sebenarnya tidak begitu terkenal jika dibandingkan dengan Plato dan Aristoteles. Justru yang memperkenalkan kehebatan Socrates dalam mengajar adalah muridnya sendiri, yaitu Plato. Dari kehebatan yang dimiliki Plato itu secara otomatis menunjukan kehebatan gurunya yaitu Socrates.
Jika kita melihat latar belakang keluarga Socrates, ia lahir dari seorang ibu yang bekerja sebagai bidan dan dari seorang ayah yang bekerja sebagai tukang patung batu. Socrates sempat melanjutkan pekerjaan ayahnya namun pada akhirnya Socrates merubah haluan dari pembentuk patung menjadi pembentuk karakter. Pada sekitar tahun 486 SM sampai pada awal abad ke 5 Socrates berjalan-jalan mengajarkan mengenai “Wisdom” atau pengetahuan mengenai kehidupan.[3] Tidak sampai disitu saja pekerjaan ibunya juga sangat mempengaruhi cara Socrates dalam mengajarkan mengenai kebijaksanaan. 
Dengan adanya penggabungan antara sifat-sifat yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya yang sebagai pembentuk patung dan seorang bidan, maka memunculkan Socrates seorang pembentuk kepribadian dengan metode bertanya seperti seorang bidan. Metode bertanya ini dipakai Socrates dalam mengajar dan menjadi ciri khusus pengajaran Socrates, sebab Socrates berkata ia tidak tahu apa-apa maka harus mencari kebenaran yang sebenarnya.[4] Adapun hal yang pernah dilakukan Socrates terhadap muridnya adalah sebagai berikut:
Dalam kegiatan belajara Socrates melakukan sebuah perbincangan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada muridnya
Socrates: Apakah serangga itu? Sebab sering kali orang memperkatakan tentang itu, maka saya juga ingin sekali mengetahuinya.
Murid: (Dengan yakin murid menjawab pertanyaan gurunya tersebut), Serangga adalah hewan kecil yang bersayap!
Socrates: Jika begitu, berarti ayam dapat kita sebut sebagai serangga. Padahal sampai saat ini saya masih terlalu yakin bahwa ayam itu bukanlah serangga.
Murid: Ayam bukanlah serangga, sebab ayam masih terlalu besar jika dibandingkan dengan serangga.
Socrates: Jadi, serangga itu ialah hewan yang amat kecil dan memilki sayap?
Murid: Betul!
Socrates: Jika demikian, burng pipit dapat disebut serangga, sebab ia memiliki tubuh yang amat kecil!
Murid: Tidak! Burung sekali-kali tidak dapat dikatakan serangga.
Socrates: Jadinya. Serangga itu hewan yang kecil dan bersayap namun bukan dari jenis burung?
Murid: Benar!
Socrates: kemarin saya memasuki salah satu took, di dalamnya saya melihat kaleng-kaleng kecil. Di setiap kaleng tertulis “Tepung keating yang paling manjur untuk memberantas serangga”. Pada kaleng-kaleng itu tergambar beberapa hean kecil namun bukan dari kenis burung sebab tidak memiliki sayap. Jadi apakah hewan-hewan tak bersayap itu dapat dikatakan seranggaga?berdasarkan keputusan yang sudah kita tentukan tadi.
Murid: Semuaorang tahu bahwa gambar-gambar yang ada di kaleng itu adalah serangga.
Socrates: Sungguh aneh jadi sekarang apa arti serangga, apakah serangga adalah hewan kecil bersayap namun bukan dari jenis burung dan terkadan tiada bersayap? Pernyataan-pernyataan ini sungguh bertentangan.
Murid: Sekarang tuan sajalah yang menjelaskan kepada saya, apa sebenarnya serangga itu!
Socrates: Bukankah saya sudah berkata bahwa sayapun tidak mengetahuinya, baiklah sekarang kita memeriksanya bersama-sama. Kita akan mengambil 4 ekor serangga dari jenis yang berbeda lalau kita akan melihat apa yang menjadi kesamaan hewan-hewan tersebut.
Murid: baiiklah kita mengambil kupu-kupu, semut, serangga, dan kumbang.

Dari metode yang diberikan oleh Socrates ini, kita dapat melihat bahwa sesungguhnya manusia itu memiliki tahapan dalam memaknai sesuatu, yaitu:

1.  Yakin yang tiada berdasar
2.  Bimbang terhadap pengetahuan awal dan berusaha untuk menemukan kebenaran sesungguhnya
3.  Yakin dengan memiliki dasar.[5]
Dengan demikian pada dasarnya Socrates menuntun muridnya untuk dapat menemukan sendiri. Dengan menemukan sendiri maka seorang murid akan menjadi lebih paham dan ingat, karena ia telah dibangun dari pengetahuannya yang tiada berdasar dan sampai kepada titik dimana ia mendapatkan sebuah pengetahuan dengan dasar yang kuat.
                 Namun metode yang diajarkannya ini justru membawanya kepada kematian, karena ada banyak orang yang tidak suka dengan Socrates dan mereka menganggap metode yang diberikan oleh Socrates merusak sikap anak-anak muda. Maka dengan demikian Socrates dijatuhi hukuman mati, yaitu dengan meminum racun. Ada hal yang menarik ketika Socrates akan meminum racun itu, yaitu sikap yang ditunjukan olehnya. Sikap Socrates ketika hendak meminum racun tersebut terlihat sangat santai, meskipun ia tahu bahwa ia akan mati. Pada saat kejadian itu, Socrates disaksikan oleh murid-muridnya, pada waktu itu Plato juga berada di sana menyaksikan Socrates.
Mengapa Socrates dapat begitu santai dan tidak mencoba untuk melawan atau lari dari hukuman yuang diberikan kepadanya?. Karena Socrates tahu bahwa ia telah melakukan sesuatu yang berdampak untuk kehidupan selanjutnya. Kematian Socrates yang ini jugalah yang menjadi Latar Belakang munculnya karya Politheia (Republik) yang diprakasai oleh Plato murid Socrates. Plato melihat kejadian itu, dan berusaha memunculkan sebuah teori tentang keadilan. Supaya setiap orang dapat memperoleh keadilan.

C.  Plato

Plato lahir pada tahun 427 SM dan meninggal pada tahun 347 SM, jadi Plato hidup selama 87 tahun. Plato berasal dari Athena, dan ia merupakan murid dari Socrates yang sangat terkenal pada zaman yunani klasik.
Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu. Namanya bermula ialah Aristokles. Nama plato diberikan oleh gurunya. Ia memperoleh nama itu berhubung dengan bahunya yang lebar. Sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya yang elok bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang cantik, bagus dan harmoni meliputi seluruh perawakannya.
Sejak muda, ia bercita-cita untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya. Plato termasuk seorang pemuda yang cerdas. Pada masa kecil, selain pelajaran umum, seperti menggambar, melukis, serta belajar musik dan puisi. Ia mampu membuat karangan yang bersajak. Sejak saat itu ia mendapat didikan dari guru filosofinya yang bernama Kratylos yang mengajarkan filosofi. Kratylos adalah murid dari Herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air. Ternyata ajaran yang seperti itu tidak hinggap di dalam kalbu anak aristocrat yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya.
Di Athena Plato bekerja sebagai pengajar di sekolah Filsafat yang namanya Akademia, yang tujuan utmananya menjadikan orang-orang muda menjadi warga Negara yang baik.[6] Sama halnya seperti Socrates gurunya, Plato memiliki kerinduan untuk menjadikan orang-orang muda menjadi cerdas dan memiliki kebijaksanaan untuk membawa mereka hidup dalam hal yang benar. Untuk mencapai hal tersebut maka Plato banyak menulis buku, buku Plato diantarnya adalah Phaidoon (tentang jiwa yang tak dapat mati), Symposion (tentang perkembangan hidup ke arah yang lebih baik), Phaidros (tentang ide-ide rohani) dan yang sangat terkenal adalah tentang Negara yaitu adalah Politeia dan Nomoi.
Ada sebuah kiasan menarik yang diajarkan oleh Plato untuk membuka pemahaman  orang-orang muda pada waktu itu yaitu mengenai orang-orang yang terbelenggu dan tinggal di dalam sebuah gua sejak kecil. Mereka yang tinggal di dalam Gua hanya dapat melihat bayangan benda dari luar dan mereka tidak pernah tahu tentang benda yang nyata itu. Mereka hanya memiliki pemahaman bahwa bayangan yang mereka lihat selama ini adalah hal yang nyata dan yang sesungguhnya. Sampai suatu kelak seorang dari antara mereka dibebaskan dan pergi kedunia luar gua, ketika ia berada di luar gua, ia merasa kebingunan karena ia tidak pernah melihat hal-hal yang demikian. Ada sebuah keinginan dalam dirinya untuk kembali kedalam gua, namun ia tidak diijinkan. Karena ia tidak diijinkan, maka dengan terpaksa ia menjalani kehidupannya di dunia yang nyata itu, dan mulai terbiasa dan memahami bahwa dunia yang ia jalani sekarang adalah dunia yang nyata, bukan dunia yang dulu. Setelah ia memahami hal tersebut maka ia memiliki sebuah kerinduan untuk mengabarkan kepada mereka yang ada di dalam gua, mengenai kehidupan yan gada di luar, bahwa dunia yang di luar itu adalah dunia yang nyata. Namun apa yang terjadi dari antara mereka semua yang dibelenggu, tidak ada yang mau. Karena mereka sudah merasa aman, dan tidak akan mau percaya kepadanya. Jika ia memaksa menyatakan kebenaran itu mungkin nyawanya sendiri yang akan mereka habisi, atau mereka akan membunuh dia.
Kiasan ini diutarakan oleh Plato, berdasarkan pengalamannya baik dalam ia mengajar maupun dari kejadian yang dialami oleh Plato gurunya. Dimana Socrates dihukum mati hanya karena memberikan sebuah pengajaran baru. Namun dari kiasan yang diberikan oleh Plato ada hal yang dapat kita pelajari, bahwa dalam membawa seseorang kepada pengetahuan itu adalah hal yang sulit, sebab pada dasarnya mereka memiliki pemahamannya sendiri, maka itaun sebagai manusia harus mau tebuka untuk menerima hal-hal yang baru jangan terbiasa dengan kehidupan yang bisa-biasa saja.
Kita dapat melihat beberapa karya dari Plato yaitu sebagai berikut:
1.      Dalam bidang politik
Dalam bidang politik Plato mencetuskan karyanya tentang Republik, kemunculan teori tentang Republik ini dangat dipengaruhi oleh kematian yang dialami oleh Socrates gurunya. Republic dapat dibagi menjadi 10 bagian, pada setiap bagian membahas pokok bahasan yang berbeda. Adapun pokok bahasan setiap bagiannya adalah sebagai berikut:
a.       Bagian pertama, membahas apa itu keadilan dan bagaiamna seharusnya keadilan itu diwujudkan? Kemungkinan besar bagian ini ingin mejawab kemalagan yang dialami oleh gurunya.
b.      Bagian kedua sampai keempat, membahas pada sifat Negara yang adil.
c.       Bagian kelima sampai ketujuh, plato membahas beberapa ide mengenai reformasi politik.
d.      Bagian kedelapan sampai kesembilan, Plato membandingkan keadilan Kota dan Pribadi
e.       Bagian kesepuluh, Plato membahas tentang seni dan kekekalan jiwa.
Jika kita perhatikan isi keseluruhan dari buku Republik karya dari Plato, dominan berisi mengenai keadilan. Memang kemungkinan besar hal ini dikarenakan kematian Socrates gurunya.

2.      Menghasilkan metode Tanya jawab.[7] Plato akan mengajukan sebuah pertanyaan lalu kemudian memberikan jawaban yang jelas pula mengenai pertanyaan tersebut. Sebagai contoh Plato akan mengajukan pertanyaan mengenai apa arti dari keberanian, setelah ia mengajukan pertanyaan itu maka akan tercipta suasana dialog. Suasana dialog akan menciptakan sebuah interaksi antara seorang dengan yang lain. Setelah semua hal ini selesai maka Plato akan memberikan pengertian yang sesungguhnya tetang keberanian itu. Cara mengajar yang dilakukan plato ini sangat memukau orang-orang pada saat itu.

D.    Aristoteles

Aristoteles lahir di Stagmirus, Macedonia. Pada tahun 384 sM. Inilah orang pertama di dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukaknya dengan jalan meliaht gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini seperti. Kata kerja, kata benda, kata sifat dan sebagainya merupakan pembagian kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
 Ayahnya yang bernama Nicomachus, seorang dokter di sitana Amyntas III, raja Mecodinia, kakek Alexander Agung. Meninggal ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karennanya, ia kemudian dipelihara oleh Proxenus, pamannya- saudara dari ayahnya, pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik Plato di Athena. Dari situlahia kemudian menjadi murid Plato selama 20 tahun Dengan meninggalnya Plato pada tahun 347 sM. Aristoteles meninggalkan Athena dan mengembara selama 12 tahun.
Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan akademi di Assus dan menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal. Ia lalu menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang anak laki-laki yang ia beri nama Nicomachus seperti ayahnya. Pada tahu-tahun berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilele. Saat itulah ia sempat jadi guru Alexander Agung selama 3 tahun. Di Lyceum, Athena pada tahuan 355 sM. Ia juga mendirikan semacam akademi. Di sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan eksperimen serta membuat catatan-catatan dengan tekun dan cermat.
     Pada tahun 323 sM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani  yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ajal emmang tal menganl tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sydah tiba tidak ada yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 sM, pada usia 62 tahun ia meninggal juga di kota tersebut, Chalcis Yunani.
Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni. Adapun karya-karya Aristoteles adalah sebagai berikut:
  1. Ajaran Tentang Logika
Logika tidak dipakai oleh aristoteles, ia memakai istilah analitika. Istilah logika pertama kali muncul pada abad paertama Masehi oleh Cicero, artinya seni berdebat. Kemudian, Alexander Aphrodisias (Abad III Masehi) orang pertama yang memakai kata logika yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Menurut Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat dua golaongan, yaitu subtansi (sebagai sifat umum), dan aksidensia (sebagai sifat  yang secara tidak kebetulan).
2. Ajarannya tentang Silogisme
Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk mencapai kesimpulan  yang sifatnya umum. Sementara itu, deduksi adalah proses berpikir yang bertolak pada dua kebaenaran yang tidak diragukan untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan bar. Berpikir deduksi yaitu silogisme, yang terdiri dari premis mayor dan premis minor dan kesimpulan. Contoh: Manusia adalah makhluk hidup (premis mayor) Dina adalah manusia (premis minor) Dina adalah makhluk hidup (kesimpulan)
3.      Ajarannya tentang pengelompokan ilmu pengetahuan
Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan,  yaitu:
a.        Ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik)
b.      Ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian)
c.       Ilmu pengetahuan teoritis (fisika, matematika, metafisika)
4.      Ajarannya tentang aktus dan potensia
Mengenairealitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran atau pemikiran filsafatnya adalah ajaran Plato tentang ide. Realitas yang sungguh-sungguh ada bukanlah  yang umum dan yang tetap seperti yang dikemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada yang husus dan yang individual. Keberadaan manusia bukan di dunia ide, tetapi manusia berada yang satu persatu. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang konkret, yang bermacam-macam, yang berubah-rubah. Itulah realitas yang sesungguhnya.


5.      Ajarannya tentang pengetahuan
Menurut Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenlan inderawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan inderawi kita dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan materinya) dan hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, pengenalan rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikaat dari suatu benda. Dengan pengenalan rasional ini kita dapat menuju satu-satunya untuk ke ilmu pengetahuan. Cara untuk menuju ke ilmu pengetahuan dalah dengan teknik abtraksi. Abtraksi artinya melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan, sehingga tinggal sifat atau keadaan yang secara kebetulan yaitu intisari atau hakikat suatu benda.
6.      Ajarannya tentang etika
Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap masalah etika. Karena etika bukan diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi dipakai sebagi hukum kesusilaan. Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan adalah suatu keadaan dimana segala sesuatu yang teramsuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. jadi, bukan sebagai kebahagiaan subjektif. Kebahagiaan harus sebagai suatu aktivitas yang nyata, dan dengan perbuatannya itu dirinya semakin disempurnakan. Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berpikir murni.
Dalam etika, karya Aristoteles yang paling terkenal adalah Etika Niomachean yang memperlakukan cara di mana manusia bisa berbudi luhur. Aristoteles percaya bahwa seseorang tidak bisa hanya mempelajari apa yang baik, tetapi juga harus baik dengan melakukan perbuatan saleh. Ia mengklasifikasikan apa yang merupakan kebajikan, bagaimana setiap kebajikan dibandingkan dengan kebajikan lain, dan langkah-langkah apa untuk menjadi orang yang berbudi luhur
7.      Ajarannya tentang agama
Menurut Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang paling baik adalah nrgara dengan sistem demokrasi moderat, artinya sistem demokrasi yang berdasarkan Undang-Undang Dasar
Dengan begitu banyaknya karya-karya dari Aristoteles, ia sangat mempengaruhi kehidupan sekarang-sekarang ini. Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba merumuskan suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionalismenya Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas
Istilah-istilah ciptaan aristoteles masih dipakai samapai sekarang: Informasi, relasi, energi, kuantitas, kualitas, individu, substansi, materi, esensi, dsb. Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman, bapak peradaban barat, bapak eksiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, atau guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai  julukan yang diberikan pada ilmuan ini. Berbagai termuannya seperti logika yang diebut juga ilmu mantic yaitu pengethaun tentang cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat, membaut namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh dunia yang pernah mengecap penididkan.
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- anak-anaktangga_sidebar-right-1_AdSense2_1x1_as -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:block"
     data-ad-client="ca-pub-1581529564839685"
     data-ad-slot="5176612255"
     data-ad-format="auto"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>



[1] Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual, Kanisius, Yogyakarta, 2004, hlm. 38
[2] Ahmad Suhelmi,Politik Barat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007, hlm.34.
[3] Mudji Sutrisno, Sejarah Filsafat Nusantar, Galangpres, Yogyakarta, 2005, hlm. 8
[4] Robert  R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiranan dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2006, hlm.3
[5] Robert  R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiranan dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2006, hlm. 4
[6] DR. Theo Huijbers, Filsafat hokum dalam lintasan sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 1982, hlm 22.
[7] James Garvey, 2o Karya Filsafat Terbesar

Share this

Artikel Terkait Baca Di Sini

Previous
Next Post »

Reveneuhits 2