TEORI BELAJAR KOGNITIF
BAB
I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Pendidikan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Pendidikan juga bisa kita mengerti sebagai suatu cara
memanusiakan manusia. Pendidikan dalam konteks ini meliputi semua lembaga
pendidikan mulai dari, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, bahkan Perguruan Tinggi sekalipun.
Dengan
adanya lembaga pendidkan itu, tentunya di sana ada proses pembelajaran yang
berlangsung dalam dunia pendidikan tersebut. Proses pembelajaran tentunya
berlangsung berdasarkan setiap ketentuan yang ada berdasarkan Undang-Undang
yang mengatur tentang pendidikan. Proses pembelajaran berlangsung dengan
ketetuan, yaitu atas dasar adanya RPP, Silabus, dan Kurikulum yang sudah dibuat
dari sekolah tersebut, karena tanpa ketiga hal tersebut suatu sekolah dengan
proses pembelajarannya tidak akan berlangsung dan terselenggara dengan baik.
Dalam
proses pembelajaran tentunya akan ada banyak masalah dan kendala yang dihadapi,
namun sebenarnya dengan setiap kendala tersebutlah suatu sekolah dapat lebih maju
dan teruji kredibilitasnya dalam ”memanusiakan manusia” atau menghasilkan
generasi yang unggul dan kompeten dibidangnya. Berbicara tentang masalah,
adalah hal yang umum yang biasa dihadapi peserta didik, yaitu dalam proses
pembelajaran. Bagaimana peserta didik mengerti hingga memahami suatu pelajaran
yang disamapaikan pendidik dalam proses pembelajaran. Yang mana di dalam dunia
pendidikan banyak sekali aspek-aspek yang harus kita patuhi dan lakukan. Secara
khusus dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik aturan dari sekolah itu
sendiri ataupun cara kita merespon setiap pembelajaran yang disampaikan para
pengajar kepada kita sebagai peserta didik.
Setiap
manusia diciptakan memiliki kemampuan berbeda satu dengan yang lain, demikian
halnya dengan respon terhadap belajar, ada yang memiliki repon cepat, rata-rata,
bahkan yang kurang menangkap pun ada, dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Hal inilah yang membuat banyak ahli merumuskan teori tentang
belajar, namun dari semunya itu tidak ada yang secara tepat bisa digunakan oleh
beberapa orang sekaligus dalam memperoleh pelajaran. Bahkan penelitian tentang
metode mengajar yang paling sesuai ternyata semuanya gagal, karena setiap
metode mengajar bergantung pada cara atau gaya siswa belajar.[1]
Beberapa
teori belajar yang kita kenal, yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yakni teori
belajar kognitif, teori belajar behavior, teori belajar humanistic, teori
belajar konstruktivisme, teori belajar gesalt, dan beberapa teori lain tentang
teori belajar. Di dalam makalah ini secara khusus kita akan belajar tentang
salah satu teori belajar yang sudah disebutkan di atas, yaitu Teori Belajar
Kognitif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
itu teori belajar kognitif?
2. Apa
itu Revolusi Kognitif?
3. Apa
saja gagasan pokok yang melandasan Revolusi Kognitif?
4. Teori
apa saja yang masuk dalam Kelompok Kognitif?
C. Tujuan dan Manfaat
ü Agar
setiap orang yang masih dalam proses belajar mengenal secara jelas model
belajar yang bisa mempermudah dalam proses pembelajaran.
ü Menambah
informasi dan wawansan pembaca buku.
ü Agar
guru tepat dalam menerapkan model belajar seperti apa yang ia akan gunakan
dalam proses pembelajaran terhadap peserta didik.
ü Agar
guru tahu model belajar peserta didikannya.
ü Mengasah
cara kita berpikir, yang dengan berpikir kita bisa memecahkan masalah khususnya
dalam proses pembelajaran.
ü Membantu
kita untuk berpikir kritis, terhadap suatu masalah, dan kemudian menyikapinya
dengan bijak.
BAB
II
Isi
Dalam makalah ini kami akan membahas
tentang Teori Belajar Kognitif, namun sebelum kita sampai pada ranah itu kita
perlu mengerti juga tentang apa itu Teori, Belajar, dan Kognitif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, yang
didukung oleh data dan argumentasi, sedangkan menurut KBBI belajar adalah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu,
suatu upaya untuk melatih diri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dengan
tanggapan karena penglaman yang sudah pernah dialami dari proses belajar, dan
kognitif menurut KBBI adalah
kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu
melalui pengalaman sendiri, atau proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan
oleh seseorang, atau juga hasil pemerolehan pengetahuan.
Secara ringkas Dorin, Demmin dan
Gabel (1990) dan Juga Smith (2009), menyatakan bahwa karakteristik teori
sebagai berikut : (i) teori adalh sebuah penjelasan umum tentang berbagai
pengamatan yang dinuat seiring dengan berjalannya waktu, (ii) teori menjelaskan
dan meramalkan timbulnya perilaku, (iii) suatu teori tidak dapat dibangun di
atas keragu-raguan, (iv) suatu teori dapat diubah, dimodifikasi. Kerlinger
(1989) menyatakan bahwa teori adalah suatu himpunan dari konstruk-konstruk
(konsep-konsep), definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang saling
berkaitan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis tetang suatu fenomena
dengan cara menentukan hubungan antarvariabel, dengan tujuan menjelaskan
fenomena tersebut. [2]
Secara psikologis belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang mana dalam perubahannya
akan terlihat bahwa seseorang tersebut memiliki ciri-ciri, yakni perubahan
terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional,
perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar
bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, serta
perubahan mencakup seluruh aspek tingkh laku.[3]
Jadi, berdasarkan sumber di atas
kami mengambil satu kesimpulan, Teori Belajar Kognitif adalah usaha untuk
memperoleh pengetehuan berdasarkan fakta dan data, guna memperoleh pengetahuan,
mengembangkan kemampuan, dan mengalami perubahan seluruh aspek tingkah laku.
Teori Belajar Kognitif muncul,
karena kuatnya pengaruh Teori Belajar Behavior. Namun, kemunculan Teori Belajar
Kognitif tidaklah serta-merta. Pada tahun 1950-an terjadi gerakan intelektual
yang disebut Revolusi Kognitif. Saat itu terjadi komunikasi dan riset
antardisiplin yang intensif, yang esensinya tidak menyetujui penerapan konsep
behaviorismeyang mengabaikan proses mental atau pikiran. Revolusi kognitif
mencapai puncaknya pada tahun 1980-an dengan publikasi-publikasi oleh sejumlah
filsof antara lain Daniel Dennet dan ahli-ahli kecerdasan buatan (artificial
intelligence) seperti Douglas Hofstadter.
Menurut Steven Pinker (2002)[4],
ada lima gagasan pokok yang melandasi Revolusi Kognitif, yakni (i) dunia mental
atau pikiran dapat dibumikan pada dunia fisis melalui konsep-konsep tentang
informasi, komutasi, dan umpan balik, (ii) pikiran tidak mungkin seperti papan
tulis kosong karena papan tulis kosong tidak dapat berbuat apa-apa, (iii) suatu
rentang yang tidak terbatas menyangkut perilaku dapat dibangkitkan oleh
program-program gabungan tertentu di dalam pikiran, (iv) mekanisme universal
dapat menjadi dasar timbulnya berbagai macam variasi tindakan lintas budaya,
(v) pikiran adalah suatu sistem kompleks yang tersusun dari bagian-bagian yang
saling berinteraksi.
Teori kognitif diawali oleh
perkembangan psikologi gestalt yang dipelopori oleh Marx Wertheimer, namun yang
disebut sebagai pengembang teori ini adalah Jean Piaget, seorang ahli psikologi
perkembangan kelahiran Swiss. Walau istilah kognitif banyak dipopulerkan oleh
Piaget dengan teori perkembangan kognitifnya, sebenarnya telah dikembangkan
oleh Wilhelm Wund (Bapak Psikologi). Menurut Wund kognitif adalah proses aktif
dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman.
Wund percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan
kreatif yang kemudian disimpan di dalam memori (1987).
Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Model belajar kognitif
merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perceptual. Ada dua pemikiran pokok dari kognitivisme, yakni teori pemrosesan
informasi dan teori seksama. Dalam teori pemrosesan informasi unsure terpenting
dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap individu sesuai
dengan situasi belajarnya, sedangakan teori skema berbicara tentang informasi
baru yang masuk dan diterima pembelajar dibandingkan dengan struktur kognitif
yang telah dimilikinya yang dinamakan skema (jamak:skemata).
Adapun teori-teori belajar kognitif
adalah sebagai berikut yang termasuk didalamnya, yakni :
a. Teori
Gestalt
Teori Gestalt dikembangkan oleh
Koffka, Kohler, dan Wertheimer. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses
mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian
dalam suatu situasi permasalahan. Teori Gestalt menganggap bahwa insight adalah
init dari pembentukkan tingkah laku. Insight yang merupakan inti dari belajar
teori Gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
ü Tergantung
pada kemampuan dasar orang tersebut.
ü Tergantung
kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
ü Tergantung
kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
ü Pengertian
merupakan inti dari Insight.
ü Tergantung
pada transfer belajar.
b. Teori
Medan
Teori Medan dikembangkan oleh Kurt
Lewin. Menurut teori Medan belajar adalah proses memecahakn masalah. Beberapa
hal yangberkaitan dengan proses pemecahan masalah menurut Lewin dalam belajar
adalah :
ü Belajar
adalah perubahan struktur kognitif
ü Pentingnya
Motivasi.
c. Teori
Konstruktivistik
Teori ini dikembangkan oleh Jean
Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa inividu sejak kecil
sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Mengkonstruksi pengetahuan menurut
Piaget dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang
sudah ada.
[1]
Prof. Dr. S. Nasution, MA, Berbagai
Pendekatan dalam proses BELAJAR dan MENGAJAR, Bandung, Bina Aksara, 1982, hal. 93
[2]
Prof. Dr. Suyono, M.PD, Drs. Hariyanto, M.S, Belajar dan Pembelajaran, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2014, hal. 27
[3]
Drs. Slameto, BELAJAR dan FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA, Jakarta, Reineka Cipta, 2010,
hal.
2-4
[4]
Prof. Dr. Suyono, M.Pd, Drs. Hariyanto, M.S, Belajar dan Pembelajaran, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2014, hal. 74