RevenueHits

Selamat datang di Blog anak-anak tangga, jika teman-teman butuh dukungan doa bisa hub di 081293642923

Perspektif Alkitab Perkembangan Teologi Liberal dan Ajarannya


PERKEMBANGAN TEOLOGI LIBERALDAN AJARANNYA


        Latar Belakang Teologi Liberal

l
Dasar pemikiran teologi liberal muncul sejak abad ke-16. Dimana pada saat itu terjadi kebangkitan akan kesadaran manusia pada kepentingan atas agama dan pengetahuan sehingga memunculkan dua gerakan yaitu gerakan reformasi (keagaamaan) dan renaissance (ilmu pengetahuan)[1]. Masa ini disebut sebagai masa modern, dimana orang-orang tidak lagi memperhatikan kepentingan-kepentingan yang ada dalam gereja, serta menolak segala sesuatu yang tidak masuk akal seperti Trinitas, keallahan Kristus, dosa bawaan, kedatangan Kristus yang kedua kalinya, pewahyuan Alkitab. Mereka lebih mementingkan praktek-praktek hidup dari pada ajaran yang murni. Sehingga kerap kali dalam menjalankan kehidupan tidak lagi berdasarkan kebenaran Firman Tuhan melainkan menggunakan pemahaman yang mereka miliki.dimana setiap pemahaman teologia harus dapat diterima oleh pikirian serta mampu diuji secara ilmiah.


         Perkembangan Teologi Liberal ( Liberalisme)

Liberalisme adalah filsafat Rasionalisme  dan Empirisme.[2]  Bicara tentang rasio, liberal mengatakan bahwa rasiolah yang menentukan segala sesuatau termasuk kedudukan Allah serta perbuatan-perbuatannya. Sedangkan  berdasarkan empirisme Liberal mengatakan bahwa segala Sesutu itu hanya karewna pengalaman kita melalui semua alat indera yang kita miliki.
Menurut paham Liberalisme mengatakan bahwa teologi-teologi yang ada merupakan hasil dari rasionalisme (pemikiran) dan eksperimentalisme (Percobaan) oleh para fisluf dan ilmuan. Menurut paham ini meletakkan ilmu pengetahuan serta penemuan-penemuan ilmiah sebagai hal yang paling utama. Maka dari itu liberalisme menolak pengajaran agama Kristen karena berhubungan dengan mujizat dan supranatural, dilain sisi liberalisme juga menolak inkarnasi Yesus serta kebangkitan-Nya. Jadi segala sesuatu yang diajarkan oleh Alkitab dan tidak bisa diterima secara rasio maka hal tersebut akan ditolak sebab rasio menjadi hal yang diutamakan serta memiliki otoritas penuh dalam menentukan segala sesuatu.
           

1.      Perkembangan Historika Dari Standar Liberalisme

Friedrich Schleirmacher (1763-1834). Teolog protestan Jerman ini beraksi terhadap rasioalisme yang dingin dari para filsuf, dan berusaha untuk membela kekristenan dengan dasar perasaan. Ia mengembangkan satu teologi yaitu,  “Teologi Perasaan” dan dengan itu ia disebut sebagai bapak dari Neo-Ortodoksi (ia juga dikenal sebagai bapak dari religius Liberalisme modern atau teologi modern).[3] Schleirmacher menekankan bahwa agama itu ditemukan dalam penalaran filosofis atau dalam pengakuan doctrinal (ia menolak doktrin histori dari kekristenan), melainkan ditemukan dalam perasaan dimana seseorang dapat mengalami Allah.
Schleirmacher lahir di Breslau yang terletak diselatan Polandia, ia seorang anak dari pendeta reformed (Calvinisme). Ia lahir dan dibesarkan ditengah jaman pencerahan (Age of Reason, Enlaightenmen) yang diteruskan munculnya paham romantisme yang mempengaruhi seluruh Eropa.[4] Manusia menjadi percaya bahwa segala sesuatu dapat dipahami dengan akalnya dan segala keputusan yang mereka ambil didasarkan pada persepsi dan perasaannya sendiri. Secara rasionalisme Schleirmacher mengatakan bahwa Allah tidak mungkin menjadi objek rasio (pemikiran) sama seperti benda dan realita alami.[5] Dengan pengaruh romantisme ia menyimpulkan bahwa Allah hanya dapat menjadi objek kesadaran batin, sehingga pada masa itu doktrin-doktrin Alkitab mengenai hal supranatural mendapat tantangan besar serta keabsahan Alkitab dan otoritas gereja mendapat penolakan secara terang-terangan.[6]
Dari beberapa pengaruh yang terjadi pada masa Schleimecher orang-orang menjadi menolak Alkitab sebagai buku yang mampu menjadi pedoman hidup manusia. Hal ini di karenakan adanya pengaruh yang membuat mereka memiliki pemahaman berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Alkitab bukan lagi seusutau yang memiliki kuasa yang mampu mengubah kehidupan seseorang, karya keselamatan, perbuatan mmujizat tidak lagi dipercayai.
Teologi Schleirmacher memiliki efek dramatik pada isu otoritas. “tidak ada otoritas eksternal, baik itu kitab suci, gereja, atau penyertaan kredo histori, yang mengatasi pengalaman langsung dari orang-orang percaya.” Akar dari subjektivisme (dengan penekanan pada pengalaman bukannya pada yang objektiv, kebenaran doctrinal), secara prinsipil dapat dilihat dalam Neo-Ortodoksi, demikian pula dalam penolakan Liberal pada Otoritas Kitab Suci, yang ditemukan dalam teologi Schlermacher. Dalam teologi Scheleirmacher mengatakan bahwa dosa adalah sebagai peristiwa dimana seseorang hidup lepas dari alam dan sesamanya, jadi menurutnya dosa bukanlah karena pelanggaran akan hukum Tuhan. Maka dari itu Schleirmacher menekankan kepada agama etika (perasaan kebergantungan secara mutlak).
Albercht Ritschl (1822-1889) teologi ini berasal dari protestanisme Jerman, seperti hal nya Schleirmacher, ia mengajarkan bahwa agama tidak boleh teoritis tetapi praktis, ia menolak spekulasi filosofikal dari para filsuf maupun penekanan atas Schleirmacher, ia mengajarkan kepentingan dari nilai etika.[7] Ritschl menolak doktrin-doktrin tradisional dari dosa asal, inkarnasi, keilahian Kristus, penebusan substitusionari Kristus, kebangkitan tubuh Kristus, mujizat-mujizat, dan doktrin-doktrin cardinal lainnya. Ritchl mengevaluasi segala sesuatu berkaitan dengan penilaian dari beberapa fakta (peristiwa historis) dan penilaian dari nilai (implikasi-implikasi bagi individu), jadi seseorang dapat berbicara tentang fakta Yesus dan nilai Kristus.
Kristus yang seperti ini dipahami melalui iman, realitas historis dan pribadiNya   tidaklah penting. Jadi, kematian Kristus bukan merupakan kematian penebusan, tetapi suatu teladan moral tentang kesetiaan terhadap panggilanNya, yang seharusnya menginpirasikan ortang lain untuk memiliki kehidupan yang serupa.
Adolph Von Harnack (1851-1930). Teolog Jerman ini merupakan pengikut Ritschl, yang percaya “kepercayaan Kristen dibungkus oleh pemikiran Yunani yang diperkenalkan dalam injil, yang kebanyakan esensi iman yang sebenarnya.”[8] Jadi pengajaran dalam Alkitab menurutnya bukanlah pengajaran yang murni yang berasal dari Allah melainkan hanyalah sebuah pemikiran yunani yang dijadikan sebuah pedoman untuk menjalankan agama kepercayaan.
Von Harnack mempopulerkan pandangan Ritschl melalui buku terlarisnya What Is Christianity? Yang diterbitkan pada tahun 1901.[9] Von Harnack menyangkali bahwa Yesus pernah mengklaim keilahiannya, menyangkali mujizat, dan mengatakan bahwa Paulus telah mencemarkan agama sederhana dari Yesus. Yang menekankan kebutuhan untuk kembali pada agama dari Yesus, bukan agama tentang Yesus. Jadi, adalah penting untuk kembali kepada kebenaran sentral atau intinya dengan cara mengangkat kabut budaya yang melingkupi kebenaran itu.

          Doktrin Liberal

Ada beberapa pengajaran yang membedakan teologi Liberal dengan teologi Kristen, adapun yang menjadi pokok ajaran teologi Liberal adaah sebagai berikut:

1.      Bibliologi

Mereka menganggap bahwa Alkitab itu adalah hanya sebuah buku biasa, bukan diilhamkan Allah.[10] Dengan demikian mereka tidak percaya bahwa alkitab itu adalah buku yang berwibawa ilahi, kitab yang berkuasa. Padahal Alkitab sendiri mengatakan Firman Tuhan itu memiliki kuasa untuk menyatakan kesalahan, mendidik orang dalam kebenaran dan lainnya.

2.      Teologi Proper

Mereka menekankan bahwa Allah itu ada di mana-mana Pantheisme. Pengertian di sini adalah bahwa segala sesuatu itu memiliki kekuatan supranatural.[11]

3.      Menekankan Rasional

Rasional dijadikan yang terutama, yang meenjadi di atas otoritas Alkitab. Sehingga seluruh isi Alkitab dipahami secara Rasional.[12] Jika ada bagian-bagian dari Alkitab yang tidak dapat diterima secara Rasional  maka bagian itu harus dibuang. Oleh karena itu orang-orang Liberal menolah segala bentuk mujizat.

4.      Soteorologi

Mereka menolak keselamatan dari hukuma[13], dan pemberitaan kedatangan kerajaan Allah itu bukan tentang masa yang akan datang dan juga bukan pula tentang hal yang supranatural. Melainkan keadaan saat ini, keadaan yang sedang dijalani. Karena mereka berusaha mendatangkan surga melalui usaha mereka sendiri.


Tanggapan Terhadap Ajaran Teologi Liberal


Perlu kita pahami bahwa teologi Liberal menekankan pemikiran bebas, sehingga otoritas Alkitab tidak lagi dihargai. Rasio dijadikan yang terutama untuk memahami seluruh isi Alkitab oleh karena itu mereka tidak lagi membutuhkan pimpinan Roh Kudus. Semua hal yang berhubungan dengan supranatural mereka tolak seperti, mujizat, dan juga karya keselamatan Yesus. Namun pada kesempatan kali ini kelompok ingin menanggapi setiap ajaran atau pemahaman dari Teologi Liberal, yaitu sebagai berikut:

A.    Bibliologi

Jika menurut mereka Alkitab adalah hanya sekedar buku biasa atau hanya buku sejarah. Jika kita lihat asal kata dari Bibliologi  yaitu “Biblios” berarti kitab maka dari kata ini muncul kata Alkitab. Apakah benar Alkitab itu hanyalah sebuah bulku biasa?. Di dalam Alkitab sendiri telah tercatat ada banyak tentang Firman Allah (I Tes 2:!3; Ibr 4:12; Efs 6:17), Firman Tuhan (Yer 1:2; Kis8:25), Firman Kristus (Kol 3:16), Firman Kehidupan (Fil 2:16), Firman Kebenaran, (Efs 1:3) .[14]
      Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa Alkitab sendiripun telah memberikan kesaksian mengenai dirinya sendiri, bahwa Alkitab itu adalah Firman Allah.

B.     Teologi Proper

Menurut paham Liberal menyatakan bahwa Allah ada dimana-mana dan bekerja dalam segala sesuatu. Sehingga tidak lagi diperlukan mujizat, dan mereka juga tidak membedakan sesuatu yang natural dengan supranatuaral.
Jika kaum liberal mengatkan bahwa mereka dapat menemukan allah di segala tempat sperti alam, namun kita harus selidiki bahwa di balik alam yang hebat pasti ada seorang tokoh yang lebih hebat, yaitu adalah yang menciptakan alam itu sendiri. Dengan demikian siapakah perncipta alam yang hebat itu? Seperti yang dikatakan oleh Alkitab dalam kitab Kejadian 1, bahwa Allah adalah sebagai creator, yaitu pencipta alam beserta segala yang ada di dalamnya.

C.     Menekankan tentang Rasionalisme

Segala sesuatu harus dipahami dengan rasio manusia, namun apakah memang benar segala sesuatu dapat kita pahami dengan segala pikiran kita?
Jika mereka mengatakan bahwa bumi ini bukanlah ciptaan Tuhan melainkan karena adanya ledakan besar sehingga membentuk bumi. Yang perlu mereka jawab adalah siapa yang  menciptakan ledakan itu? Berarti ada sebuah kuasa yang lebih besar yang mengakibatkan adanya ledakan besar. Tanpa mereka sadari sebenarnya mereka sedang mengalami kesulitan dalam memahami tentang kuasa yang ada dibumi ini. Sebab hanya Allah saja yang memiliki kuasa yang hebat, yang mampu melakukan segala sesuatu.

D.    Soteorologi

Menurut kaum Liberal mengenai Soteorologi, bahwa keselamatan itu bukan karena Allah melainkan usaha mereka sendiri sebab surga dapat dibuat sendiri oleh manusia. Jadi tidak ada karya keselamatan.
Sebab dengan jelas dalam Yoh 3:16 mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang telah memberikan keselamtan melalui Yesus Kristus, dengan demikian keselamatan itu hanya diberikan oleh Allah sendiri. Tidak ada manusia yang dapat menjamin hidupnya. Mungkin dibanyak pihak mereka telah berhasil namun ada sesuatu yang kurang yaitu, tidak mendapatkan kebahagiaaan.
     














DAFTAR PUSTAKA
Enns Paul, 2007 .The Moody Handbook Theology.Malang.Literatur SAAT
Hadiwijono Harun,( tahun). Theologi Reformatoris Abad Ke 20. Jakarta. BPK Gunung Mulia
Susabda Yakub B, (tahun). Teologi Modern I. Jakarta. Lembaga Reformed Injili Indonesia.
Sumual Nicky J, Dasar dan Inti Ajaran Kristen. Wisma Lektur Kristen El Shaddai Manado Indonesia.






[1] Dr. Harun Hadiwijono, Theologia Reformatoris, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1985, hlm.6
[2] Yakub B. Susabda, Teologi Modern I, Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1990, hlm 42
[3] Yakub B. Susabda, Teologi Modern I, Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1990, hlm 10
[4] Yakub B. Susabda, Teologi Modern I, Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1990, hlm 14
[5] Yakub B. Susabda, Teologi Modern I, Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1990, hlm 11
[6] Yakub B. Susabda, Teologi Modern I, Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1990, hlm 11
[7] Paul Enns, The Moody Handbook Theology, Literatur SAAT, 2007, Hlm. 203
[8] Paul Enns, The Moody Handbook Theology, Literatur SAAT, 2007, Hlm. 204
[9] Paul Enns, The Moody Handbook Theology, Literatur SAAT, 2007, Hlm. 206
[10] Paul Enns, The Moody Handbook Theology, Literatur SAAT, 2007, Hlm. 206
[11] Paul Enns, The Moody Handbook Theology, Literatur SAAT, 2007, Hlm. 206
[12] Paul Enns, The Moody Handbook Theology, Literatur SAAT, 2007, Hlm. 207
[13] Paul Enns, The Moody Handbook Theology, Literatur SAAT, 2007, Hlm. 208
[14] Pdt. Prof. DR. Nicky J. Sumual D.Th, Dasar dan Inti Ajaran Kristen, Wisma Lektur Kristen El Shaddai Manado Indonesia, hlm. 28-29

Share this

Artikel Terkait Baca Di Sini

Previous
Next Post »

Reveneuhits 2