3:1-8 Pada bagian ini Paulus sedang membicarakan
pandangan orang Yahudi mengenai anggapan mereka, bahwa merekalah orang yang
paling benar, sebab karena merekalah yang menerima dan menjalankan hukum
taurat. Hal ini terbukti dengan didukungnya penjelasan Paulus dalam Pasal
sebelumnya (2:17-29) mengenai hukum taurat dan sunat. Paulus sendiri menjelaskan bahwa
ketidaksetiaan manusia tidak akan mempengaruhi kesetiaan Tuhan kepada Manusia.
3:9-20 Paulus memberikan penjelasan bahwa tidak ada
seorang pun yang benar di hadapan Tuhan, tidak ada orang yang berakal budi dan
tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Dengan demikian Paulus ingin
memberitahukan bahwa semua orang telah menyeleweng dan tidak lagi mencari Allah
sebab mereka tidak takut kepada Tuhan. Selanjutnya Paulus menyatakan bahwa
segala sesuatu yang tercantum di dalam hukum taurat itu, ditujukan kepada
mereka yang hidup dalam hukum taurat pula dan ia memberikan penekanan bahwa
tidak seorang pun dapat dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum
taurat dan justru oleh hukum taurat orang mengenal dosa.
3:21-31 Paulus menekankan bahwa “kebenaran Allah telah
dinyatakan’’ melalui Yesus Kristus. Dan kebenaran itu diberikan kepada orang
yang percaya kepada Yesus Kristus. Paulus juga menekankan bahwa semua orang
telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, sehingga perbuatan
manusia yang taat akan hukum taurat sekalipun tidak sanggup menjamin manusia
hidup dalam kebenaran.
Sehingga Allah sendiri yang mendamaikan manusia
dengan Diri-Nya, membenarkan orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Jadi
keselamatan bukan dari usaha melainkan oleh anugerah Allah yang Ajaib. Jadi
sangat jelas dalam paragraph ini Paulus Sangat menekankan bahwa manusia
dibenarkan karena Iman dan bukan karena melakukan hukum taurat.
TAFSIRAN ROMA 3:1-8
Ayat 1: Jika demikian, apakah kelebihan orang yahudi
dan apakah gunanya sunat?
Kata
jika demikian dapat mengartikan sebuah kesimpulan dari pasal sebelumnya. Dan
kata apakah kelebihan orang yahudi memiliki arti bahwa apa yang menjadi
kesitimewaan orang yahudi. Kelebihan dalam bahasa yunani perissos yang berarti keistimewaan. Yang dianggap keistimewaan
orang yahudi pada masa itu yaitu mengenai hukum taurat (sebab kepada merekalah
hukum taurat dipercayakan Tuhan) dan sunat (sunat memang menandai bahwa mereka
adalah umat pilihan Allah Kej 17, dimana Allah menetapkan sunat sebagi tanda
perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya).
Ayat 2: Banyak sekali, dan di dalam segala hal.
Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah.
Kata
di percayakan menunjuk kepada kata kerja Allah yang mempercayakan firman-Nya
kepada orang Yahudi. Kata dipercayakan dalam bahasa yunani Phisteuo (Commit, Put In Trust With, Entrust). Yang berarti Allah
menaruh hukum dengan percaya kepada mereka sebagai amanat yang harus
dijalankan.
Ayat 3-4: Jadi bagaimana, jika diantara mereka ada
yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?
Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar,
dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: “Supaya Engkau ternyata
benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi.”
Dalam
bagian ini yang menjadi kata kunci adalah Kesetiaan Allah, Dalam ayat 3, ada dua pertanyaan, tetapi
bagaimana, kalau beberapa orang menjadi tidak setia? Ketidaksetiaan mereka
tidak meniadakan kesetiaan Allah. Jadi,
Paulus sekali lagi menegaskan bahwa Allah setia. Kesetiaan itu bahkan
berlaku meskipun sejumlah orang tidak setia. Maka bisa dikatakan bahwa Allah
tetap setia, meskipun sebagian umat Israel tidak setia pada perjanjian karena
tidak percaya kepada Yesus Kristus.
Makna
ayat 3 akan lebih jelas lagi kalau kita memperhatikan permainan kata yang
terdapat dalam ayat 2 dan 3 dimana Paulus mengajukan pertanyaan bagaimana,
kalau beberapa orang menjadi tidak setia? Ketidaksetiaan mereka apakah akan
menghilangkan kesetiaan Allah? ini adalah sebuah pertanyaan Retorits (yang
tidak perlu dijawab). Karena memang pada dasarnya kesetiaan Allah tidak
bergantung kepada kesetiaan manusia, sebab mesikupun ada beberapa orang yang
tidak setia kepada Allah, Allah sendiri tetap setia.
Ketidak
setiaan menggunakan kata Apisteuein/apistia berarti tidak setia
atau dapat diartikan juga menjadi tidak setia. Menjadi tidak setia kepada apa,
hal ini menjadi sebuah pertanyaan penting. Ketidak setiaan mereka adalah
terhadap Firman Allah yang dipercayakan kepada mereka, mereka di sini adalah
orang-orang Yahudi. Jadi orang Yahudi tidak setia atau menjadi tidak percaya
kepada Firman Allah yang telah dipercayakan kepada mereka, namun yang menjadi
menarik adalah Allah yang adalah pemberi Firman itu tetap setia kepada mereka yang
tidak melakukan Firman-Nya. Selanjutnya ayat ini dilanjutkan dengan sebuah
kalimat yang mengatakan “sebaliknya” kata sebaliknya ingin menunjukan lawan
kata ketidak setiaan. melainkan Allah adalah Allah yang benar. Kata Allah yang
benar menggunakan kata ginestho. Semakin jelaslah bahwa Allah akan tetap setia
kepada semua umatnya sekalipun ada beberapa umat-Nya yang tidak percaya
kepada-Nya bahkan seluruh umat-Nya.
Ayat 5-8
5:Tetapi jiaka
ketidakbenaran kita menunjukan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakana?
Tidak adilkah Allah-aku berkata sebagai manusia-jika Ia menampakan murka-Nya?.
6:Sekali-kali
tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia?.
7:Tetapi jika
kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku
masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?.
8:Bukankah tidak
benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata:” Marilah kita berbuat
yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya.” Orang semacam itu sudah
selayaknya mendapat hukuman.
Kata tidak adilkah Allah jika Ia
menampakan murka-Nya menunjuk kepada kalimat diatasnya mengenai kebenaran Allah
dan ketidak benaran manusia. Dimana orang-orang yahudi sering menganggap remeh
mengenai ketidak benaran hidup mereka. Sebab bagi mereka kebenaran Allah adalah
kesetiaan Allah kepada mereka, Meskipun seberapa besar dosa yang mereka
lakukan, Allah adalah yang setia terhadap umat-Nya dan tidak menghukum mereka.
Namun di ayat 6 dikatakan sekali-kali tidak hal ini menunjukan bantahan keras
oleh rasul Paulus yang mengatakan bahwa itu suatu yang mustahil. Sebab
andaikata Allah tidak menghukum orang yang tidak benar maka Ia dikatakan tidak
adil.
Dalam
ayat 7 ingin menjelaskan bahwa pada dasarnya Allah adalah hakim, akan tetapi
orang-orang yahudi memahami bahwa Allah itu adalah hakim bagi orang-orang
diluar yahudi saja yang sering mereka sebut kafir. Akan tetapi keistimewaan
mereka bukan menjadi sebuah jaminan bahwa mereka terlepas dari dosa sehingga
pada akhirnya keitimewaan yang ada pada diri mereka hanya berdasarkan kepada
kelimpahan kasih karunia Allah.
Ayat 8
Pernyataan paulus dalam ayat ini
menggambarkan bahwa adanya orang yang menyelewengkan pengajaran paulus yang
menyatakan bahwa kebaikan akan muncul dari pada yang jahat. Nampaknya
penyelewangan itu dikarenakan orang-orang yahudi tidak menerima bahwa mereka
diklaim juga akan menerima hukuman padahal mereka umat pilihan. Namun pernyataan
ini disanggah oleh paulus bahwa orang semacam ini sudah layak mendapat hukuman.
TAFSIRAN ROMA
3:9-20
Dalam
bagian ini, Paulus ingin menjelaskan bahwa tidak ada kelebihan orang Yahudi
dengan orang-orang non Yahudi. “adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang
lain?. Kata “kita” menunjukan Paulus
yang mewakili orang-orang Yahudi dan kata “orang lain” adalah mereka yang bukan
Yahudi. Jadi Paulus ingin menekankan bahwa kehidupan orang yang hidup di bawah
hukum taurat tidak menetukan kehidupannya menjadi lebih baik.
Jadi Bagaimana? Adakah kita
memiliki kelebihan dari orang lain? Sama sekali tidak. Pertanyaan ini sepertinya mengarah kesebuah
pertanyaan Retoris, dan diikuti dengan penekanan bahwa pada dasarnya orang
Yahudi tidak lebih baik dari pada orang-orang yang di luar Yahudi. Sebab
seperti yang sudah kita ketahui bahwa orang Yahudi kerap kali mengangap dirinya
adalah orang yang paling benar. Namun kali ini Paulus yang adalah seorang
Yahudi, memberikan kesan yang berbeda bahwa orang Yahudi tidaklah lebih baik,
karena memang semua orang telah jatuh kedalam dosa sehingga memilliki tabiat
untuk terus berbuat dosa. Maka jika kita perhatikan di ayat 10-18, Paulus
mengutip beberapa kalimat dari kitab yang dipercayai oleh orang Yahudi ( ayat
10-12 bnd Mzm 14:1-3; 13 bnd Mzm 5:10 dan Mzm 140:4; 14 bnd Mzm 10:7; 15-17 bnd Mzm Yes 59:7-8;
dan 18 bnd Mzm 36:2). Setiap perkataan Paulus dari ayat 10-18, sebenarnya
sedang menunjukan keadaan orang-orang Yahudi yang mengaku bahwa mereka adalah
orang-orang yang lebih baik, dengan kutipan-kutipan ini maka jelaslah bahwa
adanya sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa mereka tidak lebih baik.
Ayat 11 kata tidak ada seorangpunn yang berakal budi dapat
memiliki arti “yang mengerti” dari kata sunein
. jadi tidak ada seorangpun yang mengerti. Ayat 12 kata menyeleweng berasal dari kata Ekklinein yang berarti menyimpang dari jalan, yang berarti
menjauhkan diri dari Allah dan kata mereka semua tidak berguna memiliki arti
telah menjadi rusak. Ayat 13 kata
lidah mereka merayu-rayu memiliki arti menipu dan memperdaya (dolioun). Ayat 14 kata mulut mereka penuh dengan sampah serapah yang berasal
dari kata Ara dan Pikria yang memiliki arti kutuk fan
kepahitan. Jadi mulut mereka memiliki Kepahitan-kepahitan yang mengutuk. Semua hal inilah yang di dapati oleh Paulus
pada mereka orang-orang Yahudi.
Ayat
19 Tetapi kita tahu, bahwa segala
sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di
bawah hukum taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke
bawah hukuman Allah. Ayat ini ingin memberikan penjelasan bahwa orang
Yahudi yang hidup di bawah Hukum Taurat (nomos)
akan terdiam tidak bisa berkata-kata lagi, karena perbuatannya yang menyimpang
dari jalan Tuhan. Seperti yang sudah dijelaskan di ayat 12 “semua orang
telah menyeleweng” kata menyeleweng
menggunakan kata exeklinan yang dapat
diartikan mereka keluar dari jalannya Tuhan (go out of the way). Dengan
demikian mereka akan terdiam, “supaya tersumbat setiap mulut” (might be
stopped) jadi tidak ada kesempatan untuk
membela diri, dan semua akan jatuh kedalam Murka Allah. Siapa yang jatuh
kedalam Murka Allah? Yaitu mereka yang meninggalkan Tuhan baik orang Yahudi
maupun orang Yunani.
Hukum taurat dalam kata kitab Taurat
dalam 3: 19 menggunakan kata yang sama
dengan hukum taurat yaitu nomos, dan
ayat ini diawali dengan kata “tetapi kita tahu, dengan demikian pernyataan yang
hendak disampaikan memang merupakan keadaan nyata yang pasti diterima oleh
orang yang mendengarnya. Sebab pada hakekatnya setiap orang Yahudi percaya
bahwa Firman Allah dalam Kitab Tarat diarahkan kepada mereka yang telah
menerima Kitab itu yaitu bangsa Yahudi. Jadi jelaslah bahwa kalimat yang
menyatakan bahwa segala sesuatu yang
tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum
Taurat (ay 19) yaitu adalah orang-orang Yahudi. Kata hidup dibawah hukum
taurat dapat diartikan sebagai orang-orang Yahudi yang hidupnya dipengaruhi
oleh hukum taurat, yang baginya hukum taurat berlaku, dan mereka yang memiliki
hukum taurat.
Ayat di atas tidak berhenti sampai
kata di bawah Hukum Taurat melainkan dilanjutkan dengan kalimat, supaya
tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah Hukum Allah. kalimat
ini ingin memberikan pengertian bahwa tak seorangpun dapat berdalih dari hukum
Allah baik ia seorang Yahudi yang hidup di bawah hukum Taurat dan terlebih
mereka yang hidup dalam penyembahan Berhala.
TAFSIRAN ROMA 3:21-26
Ayat 21-26
Ayat 21
Tetapi sekarang, tanpa hukum taurat kebenaran Allah telah dinyatakan
seperti yang telah dinyatakan, seperti yang telah disaksikan dalam kitab taurat
dan kitab-kitab para nabi.
Ayat 22 yaitu kebenaran Allah karena iman dalam
Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan
Ayat 23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah
Ayat 24 dan oleh Kasih Karunia telah dibenarkan
dengan Cuma-Cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Ayat 25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi
jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk
menunjukan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah
terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
Ayat 26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukan
keadilann-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan
orang yang percaya kepada Yesus.
Istilah
kata “sekarang” dalam ayat 21
ditekankan dalam bahasa aslinya, karena paulus beralih dari aiwn/aion lama
untuk menceritakan apa yang baru. Pemakaian istilah “dinyatakan” disini mengingatkan para pembaca akan pemakaian istilah
yang mirip dalam pasal 1:17 dimana dikatakan bahwa “kebenaran Allah telah
dinyatakan” dan ada kalimat tanpa hukum taurat ini merupakan tambahan hasil
diskusi Paulus dalam 1:18-3:20. Kata kebenaran memiliki dua pengertian yaitu
kebenaran dari Allah dan kebenaran di hadapan Allah. Sehingga Kebenaran Allah
telah dinyatakan dapat memiliki arti bahwa Keadilan (righteousness) Allah telah
dinyatakan bagi manusia, dimana pada dasarnya tidak ada perbedaan. Mengapa
dikatakan tidak perbedaan? Karena semua orang telah berbuat dosa (Roma 3:23).
Seandainya jika Tuhan membeda-bedakan semua orang yang telah berdosa dan Justru
memihak kepada orang Yahudi yang adalah orang berdosa pula, maka apakah Tuhan
adil. Tuhan tidaklah demikian.
Di
hadapan Allah dan hukum-hukumNya, semua orang sama, yaitu telah kehilangan
kemuliaan Allah (ayat 23). Itu sebabnya tak seorangpun manusia mampu memenuhi
standar kemuliaan Allah seperti yang
telah dinyatakan-Nya dalam hukum taurat. Jadi berusaha mentaati Taurat tidak
dapat menolong manusia untuk beroleh kebenaran/membenarkan dirinya. Kata
kebenaran dalam teks ini memiliki arti kebenaran karena iman. Dan kebenaran
Allah memiliki arti kebenaran yang diberikan Allah, karena hanya Allah sendiri
yang membenarkan manusia. Ini tidaak berarti hukum taurat ditiadakan tetapi
hukum taurat digenapi.
Dalam
ayat berikutnya paulus menekankan bahwa hanya oleh kasih karunia Allah manusia
telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Penebusan memiliki arti disucikan, ditebus. Hal ini dilakukan supaya kita
menjadi anak, dan bukan lagi orang-orang asing yang takut akan murka Allah.
Dalam teks ini juga menunjukan kasih, kesetiaan dan keadilan Allah yang memberikan
pembenaran melalui darah kristus Yesus.
Paulus memakai
suatu kiasan yang berhubungan dengan pengorbanannya. Ia berkata, bahwa Yesus
yang Allah berikan adalah seorang yang dapat memenangkan pengampunan bagi
dosa-dosa kita. Untuk menggambarkan peranan Yesus dalam bahasa yunani
hilasterion yang berarti memperdamaikan inilah kata kerja yang dilakukan dalam
pengorbanan.
Paulus juga
memakai kiasan dari perbudakan, ia berbicara tetntang penebusan melalui Yesus
Kristus. Kata yang dipakai apolutrosis yang artinya membebaskan, memerdekakan,
menyelamatkan. Itu berarti manusia ada dalam kuasa dosa dan hanya Yesus saja
yang dapat membebaskannya. Paulus menegaskan hal ini untuk menunjukan bahwa
Allah adil dan karena keadilan-Nya Allah menerima semua orang yang percaya
kepada Yesus.
ROMA 3:27-31
Ayat 27
Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak
ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak melainkan berdasarkan iman!
Ayat 28
Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena
iman, dan bukan karena ia melakukan hukum taurat.
Ayat 29
Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja?
Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain!
Ayat 30
Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan
bsik orsng-orsng bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga
karena iman.
Ayat 31
Jika
demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak!
Sebaliknya, kami meneguhkannya.
bermegah dalam bahasa yunani kauknesis yang dipakai
menunjukan sikap hati manusia yang menganggap perbuatannya sebagai jasa dan
atas dasar itu menyangka dengan tenaga sendiri dapat mencapai tujuan
adikodrati. Sikap hati ini ditolak oleh paulus. Karena kebenaran Allah
diberikan oleh Allah bukan karena perbuatan manusia/karena melakukan hukum
taurat. Sebaliknya dasar untuk tidak bermegah adalah iman yaitu kehidupan yang
berpusat pada Allah. jika jalan kepada Allah Cuma melalui iman dan sikap
menerima, maka semua kesombongan atas usaha manusia tidak ada lagi. Karena ada
istilah Yahudi yang seolah-olah Allah berhutang karena hitung-hitungan laba
rugi dengan Allah. padahal bagi Paulus sebaliknya manusia berdosa dan berhutang
kepadan Allah dan tak seorangpun yang dapat memperbaiki hubungannya dengan
Allah melalui usahanya sendiri. Karena jelas di ayat 28 paulus menekankan
“karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia
melakukan hukum taurat. ayat 29 menegaskan bahwa semua manusia memiliki
kesempatan yang sama dalam pembenaran Allah baik Yahudi maupun non Yahudi.
Tidak ada satu Allah untuk orang non Yahudi dan Allah yang lain untuk orang
Yahudi sesuai dengan pengakuan iman mereka (Ulangan 6:4). Tentu jalan kepada
Dia adalah sama, untuk orang Yahudi maupun non Yahudi. Jalan itu tidak melalui
usaha manusia; melainkan melalui iman yang percaya dan menerima.
Sampai disini
orang Yahudi bisa berkata berarti berakhir sudah seluruh hukum Taurat? Kita
akan menyangka Paulus berkata “ya”. Pada kenyataanya Paulus menjawab tidak,
justru hukum Taurat itu telah digenapi oleh karena kasih karunia Allah. jadi
penerapan hukum Taurat bukan karena takut akan hukuman Allah, melainkan karena
ia merasa, bahwa ia seharusnya menjadi orang yang layak mendapatkan kasih yang
ajaib itu dan melakukannya karena mengasihi Allah.
Aplikasi dalam Hidup
Sebagai orang
percaya hendaklah kita hidup dalam iman didalam kristus Yesus yang telah
menebus kita dari dosa, yaitu membawa kita keluar dari kegelapan menuju
terangnya yang ajaib. Jika kita hidup dalam iman maka kita akan hidup dalam
pembenaran Allah itu bukan usaha kita dalam melakukan kebaikan melainkan
kemurahan Tuhan dalam menyelamatkan hidup kita. Perbuatan baik bukan dilakukan
untuk memperoleh kebenaran tetapi kita berbuat baik karena kita telah beroleh
pembenaran Allah, itu semua Allah lakukan sebagai bukti kesetiaan Allah akan
janjinya dan Sifat keadilanNya dalam hidup semua manusia yang percaya kepada
kebangkitanNya.